Oleh : Ust.Lathief Abdallah Pengasuh Pondok Baitul Hamdi
Manusia sangat menginginkan panjang usia, badan sehat, rizki yang mudah dan banyak berbuat kebaikan.
Rasulullah ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau menjawab: “Orang yang panjang usianya dan baik amalannya. Siapa seburuk-buruknya manusia?” Beliau menjawab: “Orang yang panjang usianya dan buruk amalnya”(HR: Tirmidzi)
Do’a memohon kepada Allah agar diberi usia panjang senantiansa dilantunkan, Allahum thawwil umurana fi tha’atika, wa tha’ati rasulika, waj’alna min ‘ibadika as shalinin “Ya Allah, panjangkanlah umur dalam menaati-Mu, dan menaati utusan-Mu, serta jadikanlah hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Disiplin hidup dari mulai makan yang bergizi, tidur yang teratur, rutin olahraga, berobat secara medis semua itu dalam rangka meraih hidup sehat dan usia yang panjang.
Secara amaliyah banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang amalan yang berfadhilah dapat memanjangkan usia di antaranya silaturahmi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim.” (HR. Bukhari Muslim)
Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa yang dimaksud “dilapangkan rezekinya” adalah diluaskan dan dijadikan banyak hartanya, dan menurut pendapat yang lain, artinya adalah diberi keberkahan harta (meskipun secara lahiriah, harta tidak bertambah banyak).
Sedangkan penangguhan ajal atau dipanjangkan usia perlu penafsiran. Sebab secara Qath’i (pasti) dalil -dalil menunujak bahwa usia seseorang dibatasi oleh ajal yang tidak bisa diundur maupun dipajukan. Antara lain dalam Al Qur’an disebutkan! “Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).(QS. Yunus [10] : 49`)
Ajal telah ditakdirkan oleh Allah, sehingga tidak dapat dimajukan dan ditunda serta tidak dapat bertambah dan berkurang. Bukankah apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, tiada siapa pun yang dapat mengubahnya karena takdir Allah adalah kepastian dan tidak bisa berubah?.
Lalu bagaimana pengertian dipanjangakan usia seperti dalam hadits keutamaan silaturahmi diatas. Atau apa fungsi do’a dan dido’akan agar panjang usia?.
Pera ulama mengurai makna panjang usia sehingga tidak berselisih dengan daili qath’i di atas. Setidaknya ada tiga pemahaman maksud dari dipanjangkan usia seseorang;
Pertama, panjang umur dalam pengetahuan Malaikat. Apa yang dalam ilmu Allah ( taqdir) tidak berubah. Sedangkan yang mungkin menerima penambahan maupun pengurangan adalah yang ada dalam ilmu malaikat. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah:“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan pada-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh)” (ar-Ra’d: 39)
Penetapan dan penghapusan terkait dengan apa yang ada dalam ilmu malaikat. Ini oleh sebagian ulama disebut Qadla’ Mu’allaq. Dan apa yang ada dalam Ummul Kitab, hal itulah yang ada dalam ilmu Allah dan tidak ada penghapusan sama sekali. Inilah yg disebut Qadla’ Mubram.
Sebagaiman dalam kisah disebutkan, Malaikatul maut sudah siap mencabut nyawa seorang hamba sesuai jadwal yang diketahuinya. Namun saat itu hamba tadi sedang silaturahmi lalu Allah memerintahkan ‘mengcanselnya’ bahkan menangguhkan ajalnya menjadi dua kali dari usia saat itu. Padahal sejatinya dalam ilmu Allah memang orang tersebut akan wafat dalam usia terakhir. Namun dalam pengetahuan Malaikat ditambah waktu sehingga orang tersebut menjadi tambah usianya.
Kedua, seorang hamba dikenang jasa-jasanya, kebaikannya terus menerus seolah hamba itu masih hadir. Pepatah mengatakan, gajah mati meninggalkan gadingnya, harimau mati meninggalkan belangnya, dan manusia mati meninggalkan namanya.
Termaktub dalam Doa nabi Ibrahim alaihis salam yang diabadikan oleh Qur’an, ” Waj’alli lisana shidqin fil akhirin, waj’alni min waratsati jannatin na’im. “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan.” (QS Asy Syuara ayat 84-85).
Demikian nama besar Nabi Muhamad Sallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat juga para ulama terus menerus diceritakan perjalanannya, pengetahuanya dalam tutur kebaikan seakan mereka masih hidup.
Ketiga, panjang usia maksudnya secara kualitas bukan kuantitas, atau usia yang diberkahi. Yaitu, usia yang diisi dengan kebaikan yang bernilai pahala berlipat-lipat. Bisa jadi usia kuantitasnya hanya 30, 40 tahun tapi memiliki nilai amal ratusan tahun bahkan ribuan tahun.