Empat Misi Dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Oleh: Ust Latheif Abdallah Pondok Baitul Hamdi

Pelitasukabumi.id – Salah satu peristiwa besar di bulan Rajab yang dimuliakan adalah terjadinya peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW. Yaitu diperjalankanya Nabi Saw dari masjid Al Haram ke Majidil Aqsha. Kemdian dinaikan ke Sidratul Muntaha. Kedua peristiwa tersebut disebutkan dalam surat dalam Qur’an Surat al Isra’ ayat 17 dan surat An Nazm ayat 13-14.

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat ” (QS Al-Isra: 1).
“Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha, (yaitu) di Sidratul Muntaha,” (QS. An-Najm Ayat 13-14)

Dr. Abdurrahman Al-Baghdadi dalam bukunya “Refleksi Sejarah Terhadap Dakwah Masa Kini”, menjelaskan tentang misi Isra’ dan miraj, sebagi berikut;

Pertama. Tujuan Politik. Fakta kekuasaan politik Jazirah Arab saat Nabi diutus ada pada dominasi agama Yahudi dan Nasrani dengan sistem yang rusak dan kepemimpinan yang zalim, hal ini
menuntut adanya pergantian. Diantaranya karena mereka sudah berani meruba isi kitab suci yang diturunkan kepada mereka. Allah Swt. berfirman,

“Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri) kemudian berkata, Ini dari Allah, (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka karena tulisan tangan mereka dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” (Q.S. Al-Baqarah: 79)

Dalam perjalanan Isra, sebelum ke Baitul Maqdis (Masjid Aqsha) nabi mampir ke Yatsrib (Madinah), Madyan, Thursina (Mesir) dan Betlehem (Palestina). Tempat-tempat tersebut menjadi bisyarah (kabar wahyu) kelak akan menjadi wilayah kekuasaan Islam. Terbukti 2 th pasca Isra’ Mi’raj Nabi hijrah ke Yatsrib dan menjadi pemimpin di sana yang di kemudian hari jazirah arab ada dalam kekuasaan beliau.

Kedua. Memperteguh kejiwaan Nabi.
Sebelum Isra’ Miraj Nabi mengalami tekanan mental luar biasa dari orang-orang kafir terutama pada saat dua pendukung dan pelindung beliau yaitu paman dan istrinya wafat. Bullyan, intimidasi dan perskusi kian mengancam. Maka melalui Isra’ Mi’raj Allah mengajak nabi untuk melihatkan secara visual sebagian tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya Agar kejiwaan dan mental nabi semakin kokoh. Hal ini diungkap langsung dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 1 dan An-Najm ayat 18).

“Agar Kami dapat menunjukkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami.” (Q.S. Al-Isra’: 1)
“Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (Q.S. An-Najm: 13-18)

Baca Juga :  DLH: Uji Emisi Solusi Mengurangi Polusi Udara di Kota Sukabumi

Ketiga. Seleksi keimanan manusia (Q.S. (17):60). Keimanan perlu diuji apakah sebatas pengakuan atau ketundukan. Setelah Nabi saw. menyampaikan peristiwa yang beliau alami, orang kafir makin kencang kekafirannya, orang yang sejak awal imannya tidak serius mulai bergeser kepada kekufuran.

“Dan Kami tidak menjadikan rukyah (penglihatan nyata) yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (Q.S. Al-Isra: 60)

Akan tetapi mereka yang imannya totalitas tanpa ada keraguan sedikitpun membenarkan semua yang disampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad saw. Sikap Abu Bakar mewakili orang-orang yang beriman secara total. Saat beliau ditanya tentang peristiwa Isra’ Mi’raj dimana sebagian orang meragukannya, dia menjawab dengan tegas.

“Apa yang mesti kalian herankan dari peistiwa tersebut? Demi Allah, ia (Rasulullah saw.) malah telah mengabarkan kepadaku suatu kabar (Wahyu) berasal dari langit (dari Allah Swt.) ke bumi hanya dalam tempo sekejap, baik waktu malam ataupun siang, dan aku membenarkannya. Ketahuilah, kejadian itu jauh lebih mengherankan dari peristiwa yang kalian tanyakan ini!“ (H.R. Hakim)

Karena itu peristiwa Isra’ Mi’raj termasuk perkara sam’iyyah, seperti halnya keyakinan pada alam akhirat, surga dan neraka, semua berdasar informasi dari Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw.

Keempat. Misi universal kemasyarakatan. Disebutkan bahwa di Baitul Maqdis Nabi mengimami shalat berjamaah yang makmumnya para nabi dan rasul sejak nabi Adam As. Ini menunjukkan pengakuan akan misi syari’at Muhammad saw. untuk seluruh manusia. Berbeda dengan para utusan sebelumnya yang terbatasi oleh zona bangsa tertentu.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujuraat: 13)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menguatkan makna di atas dalam sabdanya,“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan bapak kalian juga satu (yaitu Adam). Ketahuilah, tidak ada kemuliaan orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan tidak pula orang Ajam atas orang Arab. Begitu pula orang berkulit merah (tidaklah lebih mulia) atas yang berkulit hitam dan tidak pula yang berkulit hitam atas orang yang berkulit merah, kecuali dengan takwa.” (H.R. Ahmad dan al-Bazzar)

Demikianlah misi dibalik peristiwa besar isra wal mi’raj Nabi Agung Muhammad SAW.

Bagikan Pelitasukabumi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Punten Teu Kenging Copas nya, Mangga hubungin IT Pelitasukabumi.id 081563116193