Cinta Nabi Hanya Di Bulan Maulud ?

Oleh: Ust. Lathief Ab.

Pelitasukabumi.id – Di bulan Rabi’ula awal atau dikenal bulan maulud, ramai masyarakat muslim diberbagi masjid dan lembaga merayakan kegembiaran atas telah dianugrahkan kepada mereka seorang Rasul mulia yang lahir 14 abad lalu. Perayaan tersebut sebagai bentuk ekspresi rasa cinta kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kendatipun kaum muslimin yang hadir saat ini tak pernah berjumpa dengannya.

Sejatinya, mencintai nabi Muhammad mesti melebihi segalanya, itulah bukti orang yang mengaku beriman kepadanya. “Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya.” (HR. Bukhari).

Dalam hadiats riwayat Bukhari Muslim dari Anas Bin Malik, Seorang lelaki datang kepada Nabi “Ya Rasulullah kapan terjadinya kiamat?
“Bekal apa yg kau siapkan untuknya?” Nabi balik bertanya. “Tidak ada, hanya saja aku sangat mencintai Allah dan Rasulnya” jawabnya. Nabi Saw bersabda, “Engkau akan bersama dengan yang engkau cintai, ‘anta maa man ahbabta’.

Anas Bin Malik berkata, Tidak ada perkataan yang paling membahagianku setelah masuk Islam selain perkataan nabi ‘anta ma’a man ahbabta’, engkau akan bersama dengan yang engkau cintai. Aku mencintai Nabi, mencintai Abu Bakr, mencintai Umar dengan cinta itu berharap aku bersama mereka kelak walau aku beramal tak seperti amal mereka”.

Dalam hadist ini menujukan keutamaan mencintai Nabi Saw agar kelak kita bisa bersamanya. Termasuk mencintai orang-orang yang salih

Namun, apa bukti cinta kepada Nabi itu? Dalam tafsir al Zuhaili diceritakan. Tsaubah merasa gelisah jika tidak bertemu dengan nabi. Dia mencintai nabi lebih dari keluarganya. “Ya Rasulullah aku kawatir kelak tak bertemu dengan mu lagi karena kedudukanmu yang tinggi, apa lagi jika aku di neraka.” Turunlah al-Qur’an Surat Annisa ayat 69 yang menerangkan; “Siapa yang taat kepada Allah dan Rasulnya kelak akan bersama para Nabi (nabiyyin), para shabat (shiddiqin), orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan orang orang salih (shalihin).

Baca Juga :  Kemahabesaran Allah, Pesan Dari Isra Mi'raj Nabi SAW

Ini menunjukan cinta kepada Nabi dibuktikan dengan ketaatan kepadanya bukan semata perkataan. Mencintai Nabi dan taat kepadanya mesti didasari oleh keimanan.
Pertemuan dengan nabi di dunia bukanlah syarat berjumpa beliau kelak di surga. Kendati jauh dari nabi baik tempat maupun masa, jika beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mentaati keduanya, kelak di surga akan bersama Nabi, dengan para sahabat, dengan para syuhada dan orang-orang yang saleh.

Bukankah Abu Jahal, Abu Lahab, Abu thalib ketiganya sering bertemu bahkan diantara mereka ada pertalian nasab dengan nabi. Namun ketiganya tak akan pernah berjumpa bersama nabi kelak di akhirat ! Karena mereka bertemu namun tidak berman kepada Nabi. Ditegaskan oleh Nabi SAW dalam sabdanya, “Beruntunglah orang beriman kepadaku dan bertemu denganku (beliau menyebutnya sekali). Dan beruntunglah orang yang beriman kepadaku dan belum pernah bertemu dengaku (beliau menyebut tujuh kali.)” (HR. Ahmad)

Orang yang mencintai Nabi pasti akan memuliakannya dan akan membelanya. Mereka akan marah bila nabinya dinistakan, jika syariatnya dilecehkan. Mereka rela mengorban apa saja yang dimilikinya demi memuliakan nabinya. “…Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. ” (QS.Al A’raf: 157)

Seorang muslim, mengingat Nabi, mencintainya dan mengikutinya di seluruh relung kehidupannya. Dia akan selalu mencontoh nabinya di setiap aktiviatasnya. Mengenang perjalanan dan pri kehidupan nabi di setiap saat. Bukan hanya di bulan Maulud!.

Bagikan Pelitasukabumi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *