Oleh : A. Lathief Abdallah.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،ـ
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الْوَاحِدُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ،
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا إِخْوَةَ الْإِسْلَامِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
الله أكبر ×٣ ولله الحمد
Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadhirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada Keluarganya, para shahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Di hari yang berbahagia ini kita merayakan syiar Idul Adha, hari dimana kita dianjurkan memperbanyak takbir, malaksanakan shalat Id dan menyembelih hewan kurban. Hari ini puncaknya pelaksanaan ibadah haji di kota Makah al Mukarramah.
الله أكبر ×٣ ولله الحمد
Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah
Secara historis, ibadah qurban, tak lepas dari sosok Nabi Ibrahim, Sang Khalilullah (kekasih Allah), Abul Anbiya (bapaknya para nabi). Nabi Ibrahim telah memberikan banyak ibrah, suri tauladan kepada manusia.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim
(QS. Al-Mumtahanah : 4)
الله أكبر ×٣ ولله الحمد
Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah.
Setidaknya ada tiga ibrah, pelajaran berharga dari keteladan Nabi bIrahim AS;
Pelajaran pertama. Nabi Ibrahim memberi contoh kesabaran saat menghadapi berbagai ujian
Nabi Ibrahim dalam perjalanan hidupnya mendapati ragam ujian. Ujian pertama diiusir oleh ayahnya, Azar, karena beda keyakinan dan kepentingan. Keyakinan ayahnya beraliran politeisme, syirik, meyakini banyak tuhan. Sedang Nabi Ibrahim menganut monoteisme, tauhid, hanya satu tuhan yaitu Allah SWT. Ayahnya punya kepentinga ekonomi, ia produsen terkenal patung sembahan. Sebaliknya nabi Ibrahim membawa misi untuk menghancurkan patung-patung sembahan itu, agar manusia hanya menyembah kepada Allah semata. Akhirya nabi Ibrahim diusir oleh ayahnya. Seperti dikisahkan dalam Qur’an.
قَا لَ اَرَا غِبٌ اَنْتَ عَنْ اٰلِهَتِيْ يٰۤاِ بْرٰهِيْمُ ۚ لَئِنْ لَّمْ تَنْتَهِ لَاَ رْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِيْ مَلِيًّا
“Dia (ayahnya) berkata, “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.” (QS. Maryam 19: Ayat 46)
Setelah mendapat penentangan dari ayahnya dan pengikutnya dan berakhir dengan pengusiran terhadap dirinya, Nabi Ibrahim menghadapi ujian kedua yang lebih berat, ia dihukum oleh Namrud, rezim syirik dan dzalim. Ibrahim menentang berbagai kezaliman yang dilakukan oleh penguasa Namrud, membongkar kekeliruan idiologi politeisme, menyembah banyak tuhan yang mejadi dasar nagara. Ibrahim pun divonis dengan hukum berat yaitu dibakar hidup -hidup.
قَا لُوْا حَرِّقُوْهُ وَا نْصُرُوْۤا اٰلِهَتَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ
“Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah Tuhan-Tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat.””
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 68).