Ramadan Bulan Pengayaan

Oleh. Lathief Ab.(Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)

Pelitasukabumi.id – Ramadan bulan padat aktivitas spiritual dan bulan besar – besar pemberian ‘reward’ dari Allah SWT. Dari mulai pahala berlipat, turunnya berkah dan rahmat, kemudahan rizki dan terbukanya pintu ampunan.

Pengayaan adalah proses kegiatan pengembangan potensi secara optimal. Dapat dikatakan Ramadan adalah bulan pengayaan. Selama satu bulan penuh kaum muslimin mendapat pelatihan mental spiritual, antara lain;

Pertama, Lebih dekat dengan AlQur’an. Di bulan Ramadan alQuran menjadi akrab dan ramai dibaca. Karena pada bulan Ramadan ia diturunkan sebagi petunjuk, aturan hidup dan pembeda antara haq dan bathil. Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda” (QS al-Baqarah (2): 185).

AlQur’an mesti menjadi bacaan harian, kandungannya harus dipahami melaluli kajian-kajian. Lebih penting lagi memposisikan al Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan. Firman Allah SWT, “Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,”(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 9)

Kedua. Ramadan melatih taat pada syari’at. Satu bulan penuh kita diperintahkan berpuasa. Puasa artinya imsak, menahan diri dari nafsu fisik maupun psikis, jasad maupun bathin yang dapat membatalkan hukum puasa maupun membatalkan pahalanya.

Kaum muslim rela menahan lapar dan haus juga mengendalikan sahwat sejak fajar shubuh hingga magrib. Hampir 14 jam berhenti makan dan minum. Bahkan mereka yang tidak bisa berpisah dengan rokok pun rela tak menyentuhnya. Bangun serempak di waktu sahur, buka kompak diwaktu magrib. Melelahkan dan meletihkan, namun semua dilaksanakanya dengan ihlas, karena sadar semua itu perintah Allah.

karena itu puasa bertujuan untuk menjadi hamba-hamba yang bertakwa yakni taat tunduk pada syariat dengan melaksankan setiap apa yang diperintahkan Allah SWT walau dirasa pahit dan melelahkan, dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya walau terlihat manis dan menyenangkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS Al- Baqarah 2:183)

Ketiga, Ramadan menyadarkan persatuan umat. Kaum muslim secara mendasar adalah umat yang satu. Allah Tuhan yang disembah adalah satu, rasul yang ditaatinya satu, kitab sucinya satu, kiblatnya satu. Maka sipat dasar kaum muslimin semestinya cinta persatuan dan jauh dari perpecahan. Sebagaimana dalam pesan Allah SWT, “Dan berpegang teguhlahlah kamu semuanya pada tali (agama) Allâh, dan janganlah kamu bercerai berai”. (QS. Ali Imran 3: 103)

Baca Juga :  Isra Mi'raj, Healing Visual Dan Spirtual

Namun saat ini kaum muslim masih terpecah-pecah berdasar kesukuan dan kebangsaan, karena kepentingaan partai dan golongan, atas kejamaahan dan kemazdhaban. Seakan muslim Urghur yang terpedaya di negri China, muslim palestin yang terus di jajah oleh bangsa terlaknat Israel, muslim Rohingiya yang termarginalkan di Miyanmar, demikian juga muslim India yang menjadi sasaran rasisme, seakan mereka bukan bagian dari kaum muslimin lainya. Mereka berjuang sensidiri-sendiri. Padahal Allah SWT berfirman, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Al-Hujurat: 10)

Nabi SAW bersabda, “Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang akan menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” (HR. Bukhari Muslim)

Keempat, Ramalan mengingatkan bahwa kita akan mudik ke khirat. Setiap hari raya media diramaikan dengan informasi berjubelnya para pemudik untuk melepas rindu bertemu dengan keluarga, kerabat dan handai taulan.

Mudik lebaran hanya semetara dan sebagaian manusia. Namun sesungguhnya seluruh manusia akan mudik besar besaran, mudik yang taka akan kembali. Meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat. Karena di dunia hidup manusia dibatasi oleh kematian, dan alam semesta diakhiri oleh kiamat. “Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S. Al-Baqarah: 36)

Kampung halaman sesungguhnya adalah akhirat. Kita pasti mudik ke akhirat tepatnya ke kampung bernama Surga (Jannah). Di mana asal nenek moyang kita, Adam dan Hawa bertempat tinggal di sana.

Semoga11 bulan ke depan selalu dekat dengan al Qur’an, beramal sesuai syari’at islam, sesama umat mengedepankan persatuan dan keselamatan akhirat menjadi tujuan masa depan

Bagikan Pelitasukabumi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Punten Teu Kenging Copas nya, Mangga hubungin IT Pelitasukabumi.id 081563116193