Oleh. Ust.Lathief Abdallah(Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)
Pelitasukabumi.id – Al-Qur’an turun pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan. Umumnya para ulama bependapat diturunkannya pada tanggal 17 Ramdhan. Dimaksud nuzul (turun) Al-Qur’an adalah diturunkan dari alam Lauhul Mahfudz kepada langit dunia secara lengkap kemudian turun ke bumi yang diterima Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur. “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (Q.S. Al-Baqarah: 185)
Lailatul Qadar adalah malam anugerah yang diberikan spesial kepada umat Muhammad saw, dimana kebaikan malam itu sebanding dengan seribu bulan atau 84 tahun. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Q.S. Al-Qadr: 1- 3)
Al-Qur’an bermakna kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai risalah untuk seluruh manusia. Al-Qur’an bukanlah kitab fiksi tapi wahyu dari ilahi yang tidak sedikitpun tercampuri oleh tangan makhluk baik dari manusia atau lainnya. “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 2)
Al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat, bacaan dan pedoman hidup. Mukjizat adalah bukti kenabian untuk mengalahkan tantangan para pengingkarnya, sebagaimana dimiliki para nabi terdahulu. Hanya saja mukjizat Nabi Muhammad bukan berupa fisik materi tapi kitab suci itu sendiri. Berbeda dengan kitab suci para pendahulunya yang hilang ke asliannya termasuk lenyap mukjizat mereka seiring dengan habisnya usia para Nabi. Al-Qur’an tidak luput dimakan waktu, tidak lekang dimakan zaman, keorisinilannya terjaga hingga akhir zaman. “Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Baqarah: 23)
Dilihat dari sisi keindahan bahasanya, Al-Qur’an tak mampu ditandingi oleh bangsa arab dan ahli bahasa terkemuka di dunia, bahkan Al-Qur’an menantangnya untuk membuat yang serupa walau satu surat hingga satu ayat saja. Bentuk mukjizat berikutnya informasi pengetahuan alam yang diungkapkan Al-Qur’an melampaui batas pengetahuan manusia dimasa turunnya kemudian dibenarkan faktanya di kemudian hari. Kandungan Al-Qur’an meliputi berbagai hal kehidupan. Ia bicara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Qur’an bicara aspek spiritual, sosial, ekonomi hingga politik. Secara ringkas Al-Qur’an bicara aqidah, syariah dan kisah. Dari Al -Qur’an para ulama menggali berbagai disiplin ilmu. Ribuan kitab berbagai judul dan disiplin ilmu dihasilkan darinya. Hal tersebut menunjukkan kemukjizatan tersendiri. “Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).” (Q.S. An-Nahl: 89)
Mudahnya dihafal termasuk sisi lain dari mukjizat Al-Qur’an. Dengan jumlah 30 juz, 114 surat, 6666 ayat dan 1.027.000 huruf, mampu dihafalkan oleh jutaan orang. Bukan saja oleh orang dewasa tapi anak usia dini pun banyak yang hafal. Bukan saja yang bermata normal, orang tuna netra pun mampu menghafalnya. Jika bukan mukjizat kemudahan menghafalnya itu suatu yang mustahil. Membaca Al-Qur’an mengasyikan, jiwa dan hati merasa tenang. Lebih dari itu terdapat pahala yang berlipat bagi para pembacanya. “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (H.R. Tirmidzi)
Bagian yang terpenting adalah bagaimana mewujudkan nilai yang ada dalam kandungan Al-Qur’an di tengah kehidupan. Dalam hal ini, pertama butuh pemahanan bahwa Al-Qur’an itu sebagai pedoman yang wajib diimani dan diamalkan. Kedua butuh implemetasi dari institusi negara. “Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S. Al-Isra’: 9)