Oleh. Ust Lathief Ab (Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)
Pelitasukabumi.id – Hidayah bermakana irsyad wa dilalah (bimbingan dan petunjuk) lawan dari kata dhalalah (kesesatan). Dr. Syekh Wahbah Az Zuhaili dalam kitab tafsir Al Munir juz 1 halaman 73 menjelaskan 5 macam hidayah.
Pertama. Hidayatu al Ilham al fitriyah. Ilham semakna dengan naluri, insting, intuisi atau feeling. Bagaimana serangga membuat sarang di pohon-pohon, di bukit dan di rumah-rumah dengan begitu mengagumkan. Seekor ayam mengerami telurnya hingga menetas, demikian pula bayi merengek jika lapar mencari tetek ibunya. Semua itu merupakan hidayah (petunjuk) berupa Ilham secara fitrah dari Sang Pencipta.
“Dan Rabb-mu telah mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah, “Buatlah rumah-rumah di bukit-bukit dan pada pohon-pohon dan pada tempat-tempat yang mereka (manusia) buat.” (Q.S. An-Nahl : 68).
Kedua. Hidayah al hawas. Yaitu hidayah yang Allah berikan berupa pengindraan; melihat, merasa, mendengar, mencium dan ekspresi tubuh saat marah, sedih dan gembira. Sebagaimana Ilham, hidayah al hawas didapati pada manusia juga pada hewan. Bahkan keistimewaan Ilham dan pancaindra pada hewan melebihi manusia. Seperti penciuman seekor anjing pelacak mampu menemukan jejak penjahat.
“… Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu…” (QS. Al Maidah: 4).
Ketiga. Hidayah al Aqli. Yakni hidayah berupa akal. Dengan akal manusia mampu belajar, berfikir dan berkreasi sehingga kehidupan manusia terus berkembang dan berkemajuan. Akal yang membedakan derajat manusia dari hewan.
” Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Isra’:70)
Keempat. Hidayah addiniyah. Yaitu hidayah berupa agama. Dalam istilah lain disebut hidayatu al irsyad wal bayan yakni hidayah berupa bimbingan dari para rasul
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 151).
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia..” (Q.S. Al Baqarah: 185)
Rasul adalah manusia yang menerima wahyu sebagai uswah (contoh) dalam hal menyembah Allah dan pengaturan kehidupan. Dari hidayah agama ini lah kita tahu makna hidup. Dari mana asal manusia hidup, akan kemana setelah manusia hidup dan harus bagaimana ketika manusia hidup.
Kemampuan akal sangat terbatas. ia mampu memahami adanya pencipta tapi tidak tahu bagaimana cara hubungan dengan pencipta. Akal tidak mampu menjangkau apa yang terjadi setelah kematian. Akal tidak bisa menetapkan sesuatu halal atau haram. Manusia butuh penyembahan terhadap pencipta (ibadatul khaliq), manusia butuh keteraturan dalam hidup (hayah al munadhdhamah). Bila keduanya diserahkan kepada manusia akan terjadi kesemrawutan dan kekacauan. Dari sinilah manusia butuh hidayah addiniyah.
Kelima. Hidayah al Ma’unah Wa at-Taufiq. Yaitu berupa pertolongan dan kesesuian dalam menempuh jalan kebaikan dan kebenaran. Karena inilah kaum muslimin senantiasa berdo’a diwaktu shalatnya dalam bacaan alfatihah “Tunjukilah kami jalan yang lurus,” (Q.S. Al-Fatihah: 6). Yakni tunjukilah kami dengan pertolonganMu untuk senantiasa berada dalam kebenaran dan jagalah kami dari jalan kesesatan.