Isra Mi’raj Termasuk Perkara Sam’iyat

Oleh: Ust. Lathief Abdallah (Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)

Pelitasukabumi.id – Terdapat tiga bahasan dalam Aqidah; Ilahiyat yaitu pembahasan yang berkait dengan kutuhanan, nabawiyat berkait kenabian, dan sam’yat yaitu berkait informasi hal- hal ghaib.

Dari sisi dalil aqidah, ada dalil aqli yaitu fakta yang diimani dapat dibuktikan oleh akal, seperti iman akan wujud Allah, kenabain Muhammad SAW, dan al Quran kalam Allah. Dalil naqli, yaitu fakta yang diimani berdasarkan sumber informasi (sam’iyat) yang diterima secara pasti, yakni perkara-perkara ghaib seperti peristiwa Isra’ Mi’raj, adanya kiamat, alam barzah, surga neraka, dll.

Isra adalah diperjalankannya Nabi Muhammad SAW dalam waktu sebahagian malam dari Masjid Haram (Makah) ke Masjid Aqsha (Palestina). Kemudian dilanjutkan dengan mi’raj yaitu dinaikannya nabi SAW ke langit ke 7 (Sidratul Muntaha) menghadap Allah SAW. Menurut sebagian besar sejarawan Isra Mi’raj terjadi tanggal 27 Rajab Tahun ke-10 kenabian.

Isra Mi’raj merupakan salah satu mukjizat sebagai bukti kenabian dan kerasulan Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an, peristiwa yang hanya dialami Rasulullah SAW ini disebutkan dalam dua ayat secara terpisah. Tentang Isra dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam surat al-Isra, “Mahasuci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada waktu sebagian dari malam hari dari masjid Al-Haram ke masjid Al-Aqsha yang telah Kami beri berkah sekelilingnya agar Kami dapat menunjukkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami.”(Q.S. Al-Isra (17): 1). Sedang Mi’raj terdapat dalam surat An-Najm. “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muhtaha.” (Q.S. An-Najm(53): 13-14).

Menurut keterangan hadits, bahwa saat perjalanan menuju Masjid Aqsho nabi menggunakan kendaraan Buraq yang disebut dalam hadits ia memiliki kecepatan langkah kakinya sejauh matanya memandang. Ketika Nabi naik ke langit (Sidratul Muntaha) ia menggunakan Mi’raj. Mi’raj atau jamaknya ma’arij merupakan mish’ad/thariq ilas sama’, jalan menuju langit, yaitu sarana yang digunakan para malaikat hilir mudik siang dan malam antara langit dan bumi saat menerima tugas dari Allah Swt. seperti terdapat dalam surat Al-Ma’arij ayat 4. Dalam kedua perjalanan tersebut nabi dibersamai penghulu para malaikat yaitu malaikat Jibril.

Dalam kacamata sainstis, Prof Fahmi Amhar (pakar geospasial) dalam tulisannya “Isra’ Mi’raj dalam dimensi sain”, menjelaskan, para ilmuwan belum bisa menemukan teorinya, terlebih lagi pada peristiwa Mi’raj. Karena perjalanan Isra’ saja yang menempuh jarak kurang lebih 1250 km pada masa itu sudah sesuatu yang mustahil ditempuh dalam semalam. Memang saat ini, dengan pesawat supersonik, perjalanan itu dapat ditempuh 15 menit saja. Namun peristiwa mi’raj ke langit tentu tetap misterius.

Andaikata perjalanan pergi-pulang ke langit itu ditempuh dari ba’da Isya (sekitar pukul 20.00 – menjelang Shubuh (sekitar pukul 04.00), maka jarak bumi – langit yang ditempuh dalam mi’raj selama 4 jam atau 8 jam bulak balik. Bila Nabi beserta malaikat jibril bergerak dengan kecepatan cahaya ( 300.000 kilometer per detik), maka jarak yang ditempuh baru sekitar 4.320.000.000 Km, atau baru di sekitar Planet Neptunus. Belum keluar tata surya (langit pertama). Terdapat Bintang terdekat Proxima Alpha Centaury ada pada jarak sekitar 4,2 tahun cahaya tidak mungkin dikunjungi pergi-pulang dalam semalam terlebih melewati hingga langit ke tujuh. Apalagi ada kendala Teori Relativitas Khusus. Menurut Einstein, materi yang bergerak mendekati kecepatan cahaya, maka akan mengalami kontraksi ukuran sampai mendekati nol, dan pada saat yang sama massanya mendekati tak terhingga. Apakah Nabi mengalami hal itu?

Baca Juga :  Malam Nisfu Sya'ban Dikabulkan Do'a Diampuni Dosa

Ada juga yang mencoba memahami dengan ayat 70 Surat al-Maarij, “Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”, sebagai jarak ke langit adalah 50.000 tahun cahaya. Malaikat mampu melesat dengan laju jauh di atas cahaya (Faster Than Light)”.

Tidak seorang pun menyaksikan langsung peristiwa malam Isra’ Mi’raj. Termasuk istri nabi sendiri.
Secara rasional pun tidak bisa dibuktikan dengan akal atau di luar jangkauan akal. Abu jahal saat itu semakin percaya diri untuk meyakinkan masyarakat bahwa Muhammad tidak layak diikuti, orang munafik menjadi jadi, para mualaf banyak yang murtad.

Hanya saja bagi yang sudah kuat keimanan kepada Allah SWT, Al Quran dan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Isra Mi’raj diyakini secara pasti bahwa itu benar-benar terjadi. Hal tersebut seperti pernyataan tegas Abu Bakar Sidiq saat dipinta menyikapainya. Abu Bakar ra berkata, “Apa yang mesti kalian herankan dari peistiwa tersebut? Demi Allah, ia (Rasulullah SAW.) malah telah mengabarkan kepadaku suatu kabar (Wahyu) berasal dari langit (dari Allah Swt.) ke bumi hanya dalam tempo sekejap, baik waktu malam ataupun siang, dan aku membenarkannya. Ketahuilah, kejadian itu jauh lebih mengherankan dari peristiwa yang kalian tanyakan ini!“ (H.R. Hakim)

Perlu dicatat, Nabi bukanlah berjalan dan naik sendiri tapi diperjalankan dan dinaikan oleh Allah SWT, Sang Desain Agung, Maha Pencipta, Maha Pemilik Maha Pengatur, segala sesuatu bergantung kepadaNya. Bagi Allah tidak berlaku hukum-hukum alam; masa, jarak, waktu dsb. Apapun yang dikehendaki Allah pasti terjadi.
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia” (QS.Yasin:82)

Karena itu peristiwa Isra Mi’raj termasuk bagian aqidah sam’iyat, yakni sesuatu yang diimani berdasarkan informasi wahyu (Qur’an dan Hadits).

Bagikan Pelitasukabumi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Punten Teu Kenging Copas nya, Mangga hubungin IT Pelitasukabumi.id 081563116193