Oleh: Ust.Lathief Abdallah(Pengasuh Pondok baitul Hamdi)
Pelitasukabumi.id – Musibah tidak mesti sesuatu yang besar semacam gempa bumi, sekecil apapun yang buruk menimpa seseorang ia termasuk musibah.
Diriwayatkan oleh Abu Daud, satu saat lampu di rumah nabi mati, beliau mengucapkan istrija’. Sepontan Aisyah (istri nabi) berkata, ini kan hanya lampu mati. Nabi berkata “Semua perkara buruk yang menimpa orang mukmin itu adalah musibah”.
Istirja’ dianjurkan saat mendapat musibah. Yaitu ucapan “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, artinya, sesunguhnya kami milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
Dalam al Qur’an disebutkan bahwa orang yang sabar itu bila musibah menimpanya ia mengucapkan istrija’. “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (QS.Al Baqarah:156)
Mengucapkan istirja’; innalilahi wa ina ilaihi rajiun, bukan hanya saat mendengar berita kematian, seperti dipahami oleh sebahagaian orang tapi pada setiap musibah apapun, besar ataupun kecil seperti disebut dalam Qur’an diatas. Bahkan saat tali sendal terputus hendaklah nengucapkan istirja. “Hendaklah salah seorang dari kalian ber-istirja dalam segala sesuatu hingga tali sandalnya (yang terputus), karena sesungguhnya ia termasuk musibah.” (HR Ibnu Sunni)
Hendaknya pula saat mendapati musibah setelalah mengucapkan iristirja’ kemudia berdoa agar setiap musibah yang menimpNya diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik.
Dalam sebuah hadist, Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan, ‘Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Allahumma ‘jurni fi mushibati wakhluf li khairan minha, ‘sungguh kita milik Allah dan sungguh kita akan kembali kepada-Nya, Ya Allah, berilah ganjaran untukku pada musibahku, dan gantikan untukku sesuatu yang lebih baik darinya,’ melainkan Allah SWT akan memberikan pahala pada musibahnya dan menggantikan untuknya sesuatu yang lebih baik darinya.” (HR Imam Muslim).
Setiap orang akan mendapat cobaan berupa musibah dengan beragam bentuknya, baik berupa rasa, harta maupun jiwa. Seperti disebut dalam Qur’an, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al Baqarah : 155)
Tujuan dari musibah itu sendiri di antaranya sebagai ujian (imtihan), siapa yang sabar menghadapinya dan siapa yang tidak. “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu.” (QS. Muhammad: 47: 31).
Sabar menghadapi ujian, tabah dan tawakal kepada Allah, mengembalikan bahwa semau milik Allah dan kembali kepada Allah. Karena sadar bahwa dirinya, anak istrinya, keluaraganya, harta kekayaan yang ada padanya hakikannya semua milik Allah SWT. Itulah makna dari ucapan istirja.