Wartawan Iyus Firdaus
Pelitasukabumi.id – Kegiatan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk program kerja Kota Sukabumi periode 2024-2029, diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi di Hotel Horison Sukabumi, Senin, 25 November 2024.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk akademisi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta media.
Sebagai bagian dari perencanaan jangka panjang, KLHS diharapkan dapat membantu Kota Sukabumi menghadapi tantangan lingkungan hidup, seperti perubahan iklim, penurunan kualitas lingkungan, serta kebutuhan energi terbarukan.
Salah satu topik yang mengemuka dalam kegiatan ini adalah permasalahan sampah dan banjir yang terus menjadi isu krusial bagi Kota Sukabumi.
Dalam penyusunan KLHS, DLH Kota Sukabumi menyoroti pentingnya penanganan kedua masalah ini dengan pendekatan yang lebih sistematis agar tidak hanya menjadi masalah tahunan, tetapi juga bagian dari rencana pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Banjir di Kota Sukabumi menjadi salah satu perhatian utama. Sekretaris DLH Kota Sukabumi, Susiyana, menjelaskan bahwa karakteristik wilayah Kota Sukabumi yang berbukit-bukit sering kali memengaruhi masalah banjir.
Meskipun banjir di kota ini bukan berupa banjir bandang yang terus-menerus, namun genangan air yang terjadi bisa cukup signifikan dan merusak. “Meskipun wilayah Kota Sukabumi miring dan bukan cekungan, banjir bisa terjadi karena buruknya pengelolaan drainase dan sampah yang menghalangi aliran air,” kata Susiyana.
Peristiwa banjir bandang yang melanda Kota Sukabumi pada awal November 2024 menjadi bukti nyata bahwa masalah drainase yang tersumbat sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Di sisi lain, permasalahan sampah juga menjadi sorotan. Kota Sukabumi menghasilkan sekitar 184,4 ton sampah per hari, sementara kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) semakin terbatas. Salah satu solusi yang sedang diterapkan adalah pengelolaan sampah melalui sistem Refuse Derived Fuel (RDF).
Di mana melalui RDF akan mampu mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif, setara dengan batu bara muda. RDF ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Sebagai langkah lanjutan, DLH Kota Sukabumi mengimplementasikan pengelolaan sampah berbasis di hulu, yaitu di tingkat rumah tangga. Salah satunya dengan memperkenalkan konsep pemilahan sampah melalui Tempat Pengolahan Sampah Reusable Reduce Recycle (TPS3R) yang tersebar di beberapa titik.
Melalui program ini, diharapkan sampah rumah tangga dapat dipilah terlebih dahulu sebelum masuk ke TPA. Saat ini, sekitar 26 persen sampah dikelola di TPS3R, sementara 73 persen masih dibuang ke TPA.
Ke depannya, DLH Kota Sukabumi menargetkan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Cikundul. “Kami berencana agar hanya 50 persen sampah yang masuk ke TPA, sementara 50 persen lainnya dapat dikelola atau didaur ulang,” ujar Susiyana.
Untuk itu, masyarakat diajak untuk berperan aktif dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga melalui fasilitas seperti bank sampah dan TPS3R yang semakin berkembang. Dengan langkah ini, diharapkan Kota Sukabumi dapat lebih efisien dalam mengelola sampah dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat, mencatat bahwa 47 titik kejadian banjir tersebar di seluruh wilayah kota, disebabkan oleh curah hujan yang tinggi serta drainase yang tidak berfungsi optimal akibat penumpukan sampah.
Hal itu menjadi tantangan bagi pemerintah kota untuk memperbaiki infrastruktur drainase dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.