Kelompok Yadri Wa La Yadri

Oleh. Ust. Lathief Abdallah(Pengasuh Pondok Baitul hamdi)

Pelitasukabumi.id – Dalam Kitab Al Mursyidul Amin karya Muhamad al Qaf, ikhtisar dari kitab Ihya Ulumuddinnya Imam Al-Ghazali
hal 17, bab ciri-ciri ulama akhirat dan ulama suu’, menukil ucapan Syekh Al Khalil Bin Ahmad tentang orang yang tahu (yadri) dan orang yang tidak tahu (la yadri) terbagi ke dalam empat kelompok.

Pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), dan dia Tahu kalau dirinya Tahu). Kelompok ini merupakan yang paling baik. Sebab, mereka orang- orang yang sadar bahwa mereka itu berilmu dan faham syariat. Sehinga ucapan dan tindakannya, sikap serta perbuatannya sesuai ilmu yang ia ketahui. Bila diminta nasihat, pendapat atau fatwa, mereka akan menyampaikannya sesuai syariat. Mereka tidak menjilat, tidak mengikuti tekanan atau pesanan. Mereka itu golongan alim layak untuk dijadikan panutan dan rujukan.

Kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu). Kelompok kedua ini orang-orang yang lalai dan abai terhadap ilmu dan pemahamannya. Ucapan dan perbuatannya tidak mencerminkan ilmu dan latar belakang pendidikannya. Pandai menasihat dan menyampaikan pengetahuanya namun tidak sesuai dengan perbuatannya. Bahkan fatwanya bisa diseusaikan dengan pesan sponsor. Pendapatnya mengikuti pendapatan. Kelompok ini bukan untuk diikuti, tapi mesti diberi peringatan.

Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan mengetahui bahwa ia tidak tahu). Adalah mereka yang sedang dalam proses mencari ilmu. Kelompok ini masih tergolong baik. Sebab menyadari kekurangannya. Mereka belum memiliki kapasitas ilmu yang memadai, akan tetapi dia menyadari fakta tersebut sehingga ia berusaha keras untuk belajar dan mengejar ketertinggalan.

Baca Juga :  Empat Misi Dalam Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan tidak mengetahui bahwa ia tidak tahu). Jenis kelompok keempat ini paling buruk, jika tidak mau menggunakan kata “dungu”. Parahnya, model manusia seperti ini susah diingatkan, ngeyelan, selalu merasa tahu, sotoy kata anak anak sekarang. Seolah memiliki segala ilmu, berhak menjawab semua persoalan, padahal ia tidak mengetahui apa-apa. Kelompok terakhir ini bahwa apa yang ia ucapkan lebih banyak menyesatkan karena tidak memiliki landasan keilmuan yang jelas. Kelompok ini mesti dijauhi, ocehannya jangan didengarkan apalagi diviralkan.

Quotes Al Khalil Ahmad yang dikutip oleh imam al Gahzali diatas mirip dengan pesan Konfusius, filsuf Tiongkok pra-Masehi (551-479 SM)
Ia mengatakan, “He who knows and knows that he knows is a wise man—follow him; he who knows not and knows not that he knows not is a fool—shun him.” – “Barangsiapa tahu dan tahu bahwa dirinya tahu adalah orang bijak—ikutilah dia; barangsiapa tidak tahu dan tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu adalah orang bodoh—jauhilah dia.”

Jika kita tahu hendaklah bersikap dan berbuat sesuai pengeathuan kita. bila tidak tahu kita sadar diri kemudian belajar mencari tahu. Jangan masuk ke kelompok yang melupakan pengetahuannya atau malah pada kelompok sok tahu.

Bagikan Pelitasukabumi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *