SEMUA AKAN MUDIK PADA WAKTUNYA

Oleh. Ust.Lathief Ab(Pengasuh Pondok Baitul hamdi)

Pelitasukabumi.id – Hari-hari pra dan pasca lebaran yang menjadi sorotan dan fokus berita berbagia media adalah tentang arus mudik dan arus balik. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi 84,27 persen atau 28,4 juta penduduk di Jabodetabek akan mudik pada tahun 2024. Jumlah itu lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya mencapai 54,31 persen atau sekitar 18,3 juta orang.

Mudik bermakna kembali dari perantauan. Secara bahasa, mudik dari kata udik bermakna kampung halaman. Orang udik bermakna orang kampung lawan kata dari kota. Udik juga bermakna hulu sungai, pusat air mengalir. Secara umum, orang mudik karena merindui asal kampung kelahiran, orang tua dan sanak saudara.

Mudik terbesar biasanya terjadi karena lebaran (Hari Raya Idul Fitri). Orang mudik pasti mempersiapkan bekal atau oleh-oleh, kendaraan, membawa peta atau melihat google map, agar tidak tersesat di jalan. Maka kita saksikan jutaan orang mudik membawa bekal menaiki berbagai kendaraan. Mereka rela burjubel, macet dan antrian. Semua dilakukan karena kangen kampung halaman, rindu pada leluhur dan handai taulan.

Mudik diatas hanyalah sementara, mereka akan kembali, balik ke tempat dimana mereka bekerja, berkelana, ke tempat tinggal masing-masing.

Sesunggunya semua manusia akan mudik besar-besaran. Mudik yang tak akan pernah kembali. Yaitu mudik dari alam dunia menuju alam akhirat. “Bagaimana kamu terus menerus kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu kemudian menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 28). “Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. Al-Ma’idah [5]: Ayat 105)

Baca Juga :  Hijrah Menuju Perubahan

Dunia sendiri adalah tempat merantau sementara. Hanya ‘abirus sabil’, numpang lewat saja, sabda nabi. Karena sejatunya kehidupan manusia di dunia dibatasi oleh kematian, sementara alam semesta dibatasi oleh kiamat. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati” (QS. Ali Imran [3]:185). ” Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 36)

Benar kata pepatah, dunia itu tempat meninggal bukan tempat tinggal. Dunia itu bukan tempat tinggal tapi tempat yang akan ditinggalkan. Harta yang berlimpah, rumah megah dan mobil mewah, istri yang cantik jelita, suami yang gagah perkasa, semua akan ditingalkan.

Sungguh seluruh manusia pasti akan mudik besar-besaran. Tidak seorang pun yang tersisa. Mudik ke alam akhirat menuju kampung halaman bernama Janah (surga). Dimana asal nenek moyang kita, Adam dan Hawa tinggal disana. “Dan Kami berfurman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu”.(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 35).

Bagikan Pelitasukabumi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *