Wartawan Iyus Firdaus
Pelitasukabumi.id- Investasi di Kota Sukabumi terus menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor utama yang menarik perhatian investor adalah keberadaan akses Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).
Dengan adanya infrastruktur tersebut, Kota Sukabumi menjadi semakin terhubung dengan pusat ekonomi Jabodetabek, sehingga meningkatkan daya tarik bagi sektor properti, perdagangan, dan industri lainnya.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Sukabumi, Iskandar Ifhan, mengatakan, investor melihat peluang besar dalam pengembangan bisnis di wilayah ini, terutama dalam sektor real estate dan pergudangan yang semakin diminati.

“Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) menjadi instrumen penting dalam menarik investor. Melalui peta digital RDTR yang lebih rinci dibandingkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), investor dapat dengan mudah menentukan lokasi strategis untuk usaha mereka,” kata Iskandar, Rabu (12/22025).

Dengan skala yang lebih detail, yakni 1:25 dibandingkan RTRW yang 1:100, perencanaan investasi ujarnya, menjadi lebih terarah. Hal ini memberikan kepastian bagi para investor dalam memilih lokasi usaha yang sesuai dengan kebutuhan dan prospek bisnis mereka.
Keberadaan akses Tol Bocimi lanjut dia memberikan dampak signifikan bagi perkembangan properti di Kota Sukabumi. Dengan waktu tempuh yang lebih singkat ke Jabodetabek, banyak pekerja dari daerah metropolitan yang mempertimbangkan Kota Sukabumi sebagai tempat tinggal.
“Suasana kota yang masih asri, udara yang sejuk karena berada di kaki Gunung Pangrango, serta fasilitas yang semakin lengkap menjadikan Sukabumi sebagai pilihan hunian yang menarik. Harga tanah yang relatif terjangkau juga menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan sektor properti di kota ini,” tutur dia.
Selain properti, sektor pergudangan juga menjadi daya tarik investasi di Kota Sukabumi. Letaknya yang strategis dan semakin terhubung dengan pusat distribusi nasional membuat banyak investor melirik bisnis industri logistik dan pergudangan.
Dengan adanya tol, mobilitas barang menjadi lebih efisien, sehingga biaya operasional dapat ditekan dan daya saing usaha meningkat. Hal ini semakin memperkuat posisi Kota Sukabumi sebagai salah satu pusat ekonomi baru di Jawa Barat, tambahnya.
Berdasarkan data realisasi investasi dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM), total investasi di Kota Sukabumi pada tahun 2024 mencapai Rp1,15 triliun. Sementara itu, jumlah proyek yang tercatat dalam Nomor Induk Berusaha (NIB) mengalami lonjakan dari 1.015 proyek pada 2021 menjadi 24.109 proyek pada 2024.
Sektor yang paling banyak menyerap investasi adalah real estate, industri kelapa, perdagangan eceran dan grosir, serta perhotelan dan restoran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa dan konsumsi masih menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi di Sukabumi.
Pada bagian lain dia mengatakan, meskipun jumlah proyek investasi meningkat signifikan, nilai investasi mengalami fluktuasi. Pada triwulan keempat tahun 2024, investasi mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Namun, jumlah tenaga kerja yang terserap terus meningkat. Tahun 2024 mencatat 37.614 tenaga kerja Indonesia (TKI) dan 24.109 tenaga kerja asing (TKA). Tingginya daya serap tenaga kerja menunjukkan bahwa investasi di Sukabumi memiliki dampak positif terhadap perekonomian lokal, meskipun masih diperlukan strategi untuk menjaga pertumbuhan investasi yang lebih stabil.
Secara keseluruhan, Kota Sukabumi mengalami perkembangan investasi yang cukup baik. Aksesibilitas yang semakin membaik berkat Tol Bocimi, dukungan RDTR yang lebih detail, serta potensi sektor properti dan industri menjadikan kota ini semakin menarik bagi investor.
“Tantangan tetap ada, terutama dalam menjaga stabilitas nilai investasi dan meningkatkan daya tarik sektor lainnya. Dengan strategi yang tepat, Sukabumi berpotensi menjadi salah satu pusat investasi unggulan di Jawa Barat dalam beberapa tahun ke depan,” kata Iskandar.