Wartawan Iyus Firdaus
Pelitasukabumi.id – Pencak Silat sebagai warisan budaya tak benda dalam ancaman jika tidak dijaga dan dipelihara dengan sungguh-sungguh dengan melibatkan seluruh stakeholders termasuk menghidupkan kembali muatan lokal (Mulok) di sekolah-sekolah. Demikian disampaikan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Fath, K.H Fajar Laksana usai membuka Festival Pencak Silat Jurus Khas Sang Maung Bodas, Selasa (12/8/2024).
“Saya seorang pesilat yang secara turun temurun diwariskan oleh para leluhur. Silat bukan sekedar ekstra kurikuler tapi muatan lokal saat Pak Muraz jadi wali kota. Artinya silat itu mata pelajaran wajib di sekolah. Pencak Silat bukan hanya di lapangan tapi dipelajari di kelas baik budaya dan filosofis serta sejarahnya,” kata Fajar.
Pencak Silat lanjut dia, sudah dijadikan warisan budaya tak benda dunia. Permasalahan sekarang ujarnya, bagaimana caranya mempertahankan pencak silat itu.
“Jangan sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memantau pencak silat jangan sampai kehilangan eksistensinya. Kalau tidak, statusnya akan dicabut. Jika dalam dua tahun tidak ada kegiatan maka status pencak silat sebagai warisan budaya tak benda,” ujarnya.
Silatnya sudah diambil Malaysia. Masa pencak silat harus hilang dari peredaran, tambahnya.
Oleh karena itu kata dia, Ponpes Al-Fath mengadakan festival pencak silat jurus khas maung bodas berskala nasional. Karena ada perwakilan perguruan pencak silat Sang Maung Bodas di 24 provinsi. Agar pencak silat diakui menjadi warisan budaya tak benda maka harus menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah secara nasional.
Sementara itu, Ketua IPSI Kota Sukabumi, Mohamad Muraz menuturkan, festival ini merupakan acara rutin yang dilaksanakan Ponpes Al-Fath.
“Selaku Ketua IPSI Kota Sukabumi, saya sangat berbangga hati karena pencak silat di Kota Sukabumi banyak dimotori oleh Paguron Sang Maung Bodas. Saya vakum selama lima tahun karena banyak bertugas di Jakarta kurang melakukan pembinaan silat di Kota Sukabumi,” ujarnya.
Beruntung kata Muraz ada sosok Kyai Fajar yang dengan telaten melakukan pembinaan sehingga eksis hingga hari ini secara mandiri karena tidak dibantu pemerintah dan pihak lain. Hingga mampu menorehkan prestasi di tingkat regional, nasional maupun internasional.
“Sebagai seseorang yang berkecimpung dalam dunia pencak silat kita ingin warisan budaya tak benda ini dipertahankan. Warisan budaya itu adalah eksistensi sebuah bangsa yang akan menopang bangsa itu sendiri. Contohnya Barongsai, karate, kungfu, itu dipelihara oleh negaranya,” ucapnya.