Wartawan Iyus Firdaus
Pelitasukabumi.id – Buntut dari mogoknya angkutan umum (Angkot) jurusan 01 Sukaraja – Kota Sukabumi dan jurusan 04 Goalpara -Kota Sukabumi, penumpang terpaksa diturunkan di tengah jalan. Salah seorang penumpang yang harus menelan pil pahit adalah Entang (70 tahun).
Entang menuturkan, dia terpaksa harus berjalan kaki menyusuri trotoar dari RS Hermina Sukaraja ke arah Kota Sukabumi karena cuma cara itu lah satu-satunya yang bisa dilakukan untuk bisa sampai ke rumahnya di Nyalindung.
“Mau naek angkot tidak ada, mau naek grab tidak punya aplikasi. Saya mau pulang ke Nyalindung lewat Kota biasa naek Angkot,” cetusnya.
Korban mogok sopir angkot lainnya, Neni (39 tahun) yang tengah membawa anak kecil, mengaku kecewa karena harus berhenti di satu tempat yang masih jauh dari tempat yang dia tuju yaitu Puskesmas Sukaraja.
“Ya mau ke Sukaraja ke Puskesmas bawa anak tapi harus berhenti di sini kan masih jauh,” ucapnya.
Korban mogok sopir angkot lainnya, Neni (39 tahun) yang tengah membawa anak kecil, mengaku kecewa karena harus berhenti di satu tempat yang masih jauh dari tempat yang dia tuju yaitu Puskesmas Sukaraja.
“Ya mau ke Sukaraja ke Puskesmas bawa anak tapi harus berhenti di sini kan masih jauh. Terpaksa saya naik ojeg untuk sampai ke sana,” ucapnya.
Kejadian berawal saat penumpang angkutan umum (Angkot) diberhentikan secara paksa di jalan RA Kosasih, tepatnya di Kampung Ngaweng, Kelurahan Cibereumhilir, Kecamatan Cibeureum Kota Sukabumi, Senin (12/08/2024) pagi.
Angkutan yang masih beroperasi dari kedua arah baik arah, baik dari Kota Sukabumi – menuju Sukaraja. Begitu juga sebaliknya dihentikan oleh sejumlah pengurus organda untuk tidak beroperasi.
Puluhan penumpang yang akan berangkat ke Kota Sukabumi begitu juga sebaliknya yang akan ke Sukaraja dan Goalpara Sukabumi harus turun dan berjalan kaki.
Ketua Kelompok Kerja Usaha (KKU) Angkot Sukaraja – Sukabumi, Ridwan (38 tahun) mengatakan, aksi mogok operasi tersebut meminta adanya pembatasan operasi untuk angkutan online.
“Ini solidaritas dari angkutan kota. Kita ingin dibatasinya waktu untuk yang olnile. Kita saling berbagi lah,” ujarnya.
Pasca banyaknya kendaran berbasis aplikasi online, penghasilan angkutan umum pun berkurang.
“Pendapatan anjlok. Untuk Sukaraja pendapatan Rp150 ribu itu kotor, belum bensin, belum setor. Dulu waktu ongkos Rp4.000 pendapatan itu masih tinggi bisa Rp350 ribu,” tutupnya.