Wartawan Iyus Firdaus
Pelitasukabumi.id – Kota Sukabumi mengalami inflasi year on year (y-on-y) sebesar 2,20 persen pada Juni 2024, Sedangkan hitungan secara month to month (m-to-m) mencapai -0,16 persen, dan inflasi year to date (y-to-d) 1,32 persen.
“Berdasarkan rilis dari BPS, Kota Sukabumi alami inflasi mencapai 2,20 persen secara persen secara y-on-y pada Juni 2024,”ujar “ujar Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam, pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi, Erni Agus Riyani, saat dihubungi Neraca, melalui pesan WhatsApp nya. Rabu, (10/7/2024).
Masih menurut data dari BPS, sambung Erni, inflasi y-on-y terjadi dikarenakan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran.
Diantaranya, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,24 persen, kelompok kesehatan sebesar 2,53 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,30 persen. Kemudian, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 3,76 persen.
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,35 persen, dan kemlompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,68 persen.
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks. Yakni, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,37 persen,”terangnya.
Begitu juga, kata Erni, data dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Kota Sukabumi, komoditas pada bulan Juni 2024 rata-rata terjadi kenaikan Harga.
Diantaranya, daging sapi dari Rp130 ribu menjadi Rp135 ribu per kilogram, daging ayam semula Rp39 ribu dijual dikisaran Rp 40 ribu hingga Rp45 ribu per kilogram.
Disusul kemudian, cabai merah besar TW dari Rp70 ribu menjadi Rp75 ribu per kilogram, cabai merah besar local dari Rp75 ribu menjadi Rp80 ribu per kilogram, dan bawang Bombay dari Rp50 ribu menjadi Rp55 ribu per kilogram. “Rata-rata komoditas tersebut di bulan Juni 2024 harganya naik,” jelas Erni.
Lebih jauh dia mengungkapkan, penanganan terhadap inflasi terus dilakukan, termasuk menunaikan rapat di daerah dan pusat.
“Kita harus tetap harus waspada, jangan sampai inflasi tidak dapat terkendali. Pasalnya, apabila tidak terkendali maka akan sulit, karena menyangkut permasalahan yang mendasar (pangan, barang dan jasa),” terangnya.
Begitu juga, aku Erni, pihaknya bersama dinas dan lembaga lainya akan terus melakukan analisa terhadap sumber atau potensi tekanan, serta melakukan inventarisasi data dan informasi perkembangan harga barang dan jasa secara umum.
Termasuk, terus melakukan pemantauan ketersediaan dan pasokan yang dapat memicu kenaikan inflasi.”Makanya, kami juga terus melakukan rapat koordinasi dengan BPS Kota Sukabumi, sebagai instansi lintas sektor penyedia data update untuk rilis resmi berita perekonomian.
Kemudian, melakukan rapat mingguan bersama Tim Pengendalian Inflasi Nasional dengan Kemendagri, dan rapat dwi mingguan dengan TPID Provinsi Jawa Barat. Termasuk menganalisis stabilitas permasalahan perekonomian daerah, yang dapat mengganggu stabilitas harga dan keterjangkauan barang dan jasa,” tandasnya.