Oleh. Lathief AbdallahPengasuh Pondok Baitul Hamdi
Pelitasukabumi.id – Dalam catatan sejarah Islam, penetapan kalender Hijriah sebagai penanggalan Islam mulai digunakan semasa Khalifah Umar bin al-Khathab r.a. Awal Tahun Hijriah berpatokan pada peristiwa hijrah Rasul SAW dari Makkah ke Madinah. Keputusan Khalifah Umar bin Khaththab r.a. tersebut—yang kemudian disepakati oleh para sahabat (ijma’ sahabat) —tentu memiliki makna besar. Peristiwa hijrah Baginda Nabi Saw dari Makkah ke Madinah adalah momentum penting dalam lintasan sejarah perjuangan Islam dan kaum Muslim. Dengan hijrah itulah masyarakat Islam terbentuk untuk pertama kalinya. Lewat pintu hijrah itu pula, Islam sebagai sebuah sistem bisa ditegakkan dalam institusi negara, yakni Daulah Islamiyah pertama di Madinah Munawwarah.
Karena itu makna hijrah penting untuk diresapi serta direalisasikan untuk menghela perubahan masyarakat saat ini. Dengan begitu akan terwujud kembali masyarakat Islam yang diliputi keberkahan dan keridhaan dari Allah Swt.
Hijrah secara bahasa berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu keadaan ke keadaan lain (Lisân al-‘Arab, V/250; Al-Qâmûs al-Muhith, I/637). Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa hijrah itu ada dua macam: Zhâhirah dan Bâthinah. Atau istilah Ibnu Qayyim Hijrah Makkaniyah dan Hijrah Maknawiyyah. Hijrah zhâhirah atau Makkaniyah adalah lari dari satu tempat ke tempat yang lain menyelamatkan agama dari fitnah (al-firâr bi ad-dîn min al-fitan)
Sirah Nabawiyyah mencatat tahun ke-12 kenabian, Nabi dan para sahabatnya berhijrah dari Makkah dan Madinah untuk menghindari fitnah terhadap agama dan ancaman terhadap kaum muslimin dari kafir Makkah. Orang-orang Makkah yang berhijrah disebut kaum Muhajirin. Orang-orang Madinah (Yasrib nama sebelum hijrah) yang menyambut kedatangan kaum muhajirin disebut Anshar. Al-Qur’an merekam keutamaan dua kelompok ini.
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”(Q.S. At-Taubah: 100)
Selanjutnya Madinah menjadi Darul Islam (negara Islam) pertama menerapkan hukum Islam dan kekuasan berada ditangan kaum muslimin. Kemudian Makah ditaklukan (futuh) dan menjadi bagian negara Islam. Dalam kondisi ini hijrah dari Makah tidak berlaku Nabi bersabda; “tidak ada hijrah setelah futuh (Makah) “
Hijrah Bâthinah atau Maknawiyyah adalah meninggalkan segala macam karakter, budaya, sistem yang buruk, dari dosa dan maksiat kemudian beralih kepada kebaikan. Baginda Nabi saw. pernah bersabda, “Muslim itu adalah orang yang menjadikan Muslim yang lain selamat dari lisan dan tangannya. Orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa saja yang telah Allah larang” (HR al-Bukhari). “dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,” (QS. Al-Muddassir (74) Ayat 5)
Ibnu Rajab al-Hanbali menjelaskan, asal dari hijrah adalah meninggalkan dan menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai dan mendapatkan kebaikan. Hijrah secara mutlak dalam as-Sunnah ditransformasikan ke makna: meninggalkan negeri syirik (D4rul Kufur) menuju negeri Islâm (D4rul Islam). Jika demikian maka asal hijrah adalah meninggalkan apa saja yang telah Allah larang berupa kemaksiatan, termasuk di dalamnya meninggalkan negeri syirk untuk tinggal di D4r al-Islâm. Dengan demikian hijrah yang sempurna (hakiki) adalah meninggalkan apa saja yang telah Allah Swt. larang, termasuk meninggalkan negeri syirik (kufur) menuju Dar al-Islâm.
Pengertian hijrah semacam ini diambil dari fakta hijrah Nabi saw. sendiri dari Makkah (yang saat itu merupakan d4rul kufur) ke Madinah (yang kemudian menjadi D4rul Islam). Dari semua itu, hijrah bisa dimaknai sebagai momentum perubahan dan peralihan dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari segala bentuk kejahiliahan menuju Islam dan dari masyarakat jahiliah menuju masyarakat Islam.
Alhasil, peralihan dan perubahan ke arah Islam dan masyarakat Islam itulah makna dan spirit hijrah. Tentu spirit hijrah seperti itu sangat relevan untuk kita wujudkan di tengah keterpurukan kaum Muslim saat ini.