Oleh. Ust. Lathief Ab
Pengasuh Pondok Baitul Hamdi
Pelitasukabumi.id – Dalam tafsir al-Munir al-Zuhaily terdapat riwayat dari Jarir dari Mujahid bahwa Nabi SAW bercerita tentang seseorang di zaman Bani Israil. Selama 1000 bulan (83 tahun), siangnya ia berperang fi sabilillah, malamnya ia gunakan beribadah kepada-Nya. Nabi menginginkan umatnya punya amalan sebanding dengan orang tersebut dalam batas umur umatnya yang pendek. Para sahabat merasa kagum namun juga merasa mustahil untuk menyamai pahala orang tersebut. Maka turunlah surat Al-Qadar,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam al- Qadr. Dan apakah yang menjadikan engkau tahu apakah Lailatul Qadr? Lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan. Turun para malaikat dan Ruuh (Jibril) padanya dengan izin Tuhan mereka, untuk mengatur segala urusan. Sejahtera malam itu sampai terbitnya fajar.(QS.Al Qadr (97):1-5)
Turunnya surat al Qadr memberi kabar gembira bahwa umat Nabi Muhammad memiliki keistimewaan, cukup dengan mendapat satu malam lailatul qadar akan meraih kebaikan seperti orang yang dikisahkan Nabi Saw di atas.
Setiap muslim pasti mengharap untuk meraih lailatul qadar, malam penuh kemuliaan itu. Pada malam 10 Ramadhan akhir di masjid – masjid jami biasanya ramai i’ tikaf sekaligus menyambut malam lalailatul Qadr.
Apa saja keistimewaan Lailatul Qadar yang begitu utama dan mulia dari malam lainnya. Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Al Zuhaily diatas; Pertama. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al-Qur’an . Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al-Qur’an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.”
Kedua. Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan. “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (Q.S. Al-Qadar: 3). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar (Zaadul Masiir, 9: 191).
Ketiga. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan. “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad- Dukhon: 3). Malam penuh berkah itu adalah malam ‘lailatul qadar’ dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut, apalagi dirinci dengan poin-poin selanjutnya.
Keempat. Malaikat dan juga Ar-Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar. “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril…” (Q.S. Al-Qadar: 4). Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al-Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka.
Malaikat Jibril disebut “Ar-Ruuh” dan di spesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
Kelima. Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Q.S. Ad-Dukhan: 4). Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335) menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rezeki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun.
Keenam. Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’. Dimaksud ‘salaam’ (kesejahteraan) “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S. Al-Qadr: 5), yaitu malam tersebut penuh keselamatan, kebaikan, keberkahan dan keamanan. Karena turunnya malaikat membawa keberkahan.
Ketujuh. Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni oleh Allah. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (H.R. Bukhari)
Dengan menggiatkan amaliah di malam sepuluh terakhir melalui berbagai ibadah moga bisa meraih malam lailaitul qadar.