Wartawan Usep Mulyana
Pelitasukabumi.id – Nama KH Ahmad Sanusi tercatat abadi dalam sejarah Sukabumi dan Indonesia. Ulama kharismatik pendiri Pondok Pesantren Syamsul Ulum Gunungpuyuh ini pada tahun 2022 resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah.
Gelar tersebut menjadi bentuk penghargaan atas perjuangan dan dedikasinya dalam menegakkan nilai-nilai keislaman, pendidikan, serta kebangsaan.
Lahir di Kampung Cantayan, Sukabumi, pada 18 September 1888, KH Ahmad Sanusi sejak muda dikenal tekun menuntut ilmu. Di usia 12 tahun ia telah hafal Al-Qur’an dan menguasai berbagai cabang ilmu agama.
Rasa haus akan ilmu membawanya berkelana ke berbagai pesantren di Jawa Barat sebelum akhirnya menuntut ilmu ke Tanah Suci Mekkah selama lima tahun. Di sana, ilmunya begitu diakui hingga ia pernah dipercaya menjadi imam di Masjidil Haram.
Sekembalinya ke tanah air, Ahmad Sanusi mendirikan Pesantren Genteng Babakansirna dan aktif berdakwah menentang penjajahan.
Sikapnya yang tegas membuat Belanda menjebloskannya ke penjara di Cianjur dan Sukabumi, lalu mengasingkannya ke Batavia selama enam tahun.
Meski dalam tekanan, semangatnya tak surut. Di pengasingan, ia tetap berdakwah dan menulis puluhan kitab, hingga dijuluki Ajengan Batawi.
Setelah bebas pada 1934, ia mendirikan Pesantren Syamsul Ulum di Gunungpuyuh, Sukabumi, yang menjadi pusat pendidikan Islam dan kebangsaan.
Dari pesantren inilah lahir banyak tokoh besar, seperti KH Ibrahim Husein dan KH Rukhyat, serta para pendiri pesantren di berbagai daerah. Hingga kini, Syamsul Ulum tetap berdiri kokoh sebagai simbol warisan ilmu dan perjuangan.
Menurut cucunya, Neni Fauziyah, yang kini memimpin Yaspi Syamsul Ulum, kakeknya adalah sosok pendidik yang tegas, rendah hati, dan visioner.
“Kakek mendidik bukan hanya soal ilmu agama, tapi juga semangat pengabdian untuk umat dan bangsa,” ujarnya. Ia mengaku penganugerahan gelar Pahlawan Nasional adalah karunia besar yang sudah diusulkan sejak 2008 dan akhirnya dikabulkan pada 2022.
Dalam perjalanan hidupnya, KH Ahmad Sanusi juga aktif di berbagai organisasi seperti BPUPKI, Masyumi, dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Ia turut memperjuangkan dasar negara yang berkeadilan dan berketuhanan, hingga melahirkan Indonesia dengan fondasi Pancasila. Semangat itu menjadikannya bukan hanya ulama besar, tapi juga pejuang pemersatu bangsa.
KH Ahmad Sanusi wafat pada 31 Juli 1950 di usia 63 tahun dan dimakamkan di kompleks Pesantren Gunungpuyuh. Namanya kini diabadikan sebagai Jalan KH Ahmad Sanusi dan Terminal Tipe A KH Ahmad Sanusi di Kota Sukabumi.
Warisan ilmunya terus menyala, seolah menegaskan makna Syamsul Ulum matahari ilmu yang tak pernah padam, menerangi generasi bangsa dari masa ke masa.
Meneladani Api Perjuangan KH Ahmad Sanusi Ulama Besar dari Sukabumi

