Wartawan Usep Mulyana
Pelitasukabumi.id – Sekelompok pemuda dari Pesantren Modern Dzikir Al-Fath memilih jalan sunyi menyusuri pelosok negeri demi membawa cahaya pendidikan dan dakwah yang inklusif, di tengah derasnya arus urbanisasi,
Mereka yang memproklamirkan diri sebagai Ustad Garis Depan 6, adalah sebuah gerakan sosial-keagamaan yang telah dua tahun berjalan di bawah bimbingan Pimpinan Ponpes yang dikenal kharismatik yakni KH Fajar Laksana.
Kiai Fajar menjelaskan, program tersebut pada awalnya hanya menyasar dua desa binaan dan kini telah melesat melampaui jumlah itu yakni berjumlah tujuh desa adat. Permasalahan di sana sebagian besar krisis guru, bahkan di tingkat sekolah dasar.
“Gedung SD-nya ada, tapi kosong. Ada anak 12 tahun belum bisa baca tulis,” ujar Kyai Fajar. Saat ini, ia memimpin 14 relawan baru bergabung dengan 15 ustadz senior yang telah lebih dulu mengabdi.
Berbeda dari program dakwah pada umumnya, para ustadz ini merangkap sebagai guru umum, fasilitator desa, pelatih komputer, hingga pendamping pemerintah lokal.
Mereka dari mereka memberikan pelatihan tentang bagaimana mengoperasikan Microsoft Word dan membantu membuat peta desa berbasis teknologi yang selama ini yang sama sekali tidak mereka ketahui.
Menariknya lagi, pengabdian ini menembus sekat keyakinan. “Saat guru tidak ada, pertolongan tak boleh pilih agama,” tegas Fajar. Masyarakat non-Muslim pun turut merasakan manfaat, terutama dalam bidang pendidikan.
Menurutnya, antusiasme masyarakat tinggi. Dua masjid telah berhasil dibangun, termasuk Masjid Al-Fath yang baru diresmikan.
Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag RI, A. Zayadi, yang hadir dalam peresmian, menyebut gerakan ini sebagai “revolusi sosial dari pinggiran” sekaligus wujud nyata moderasi beragama.
Para relawan direkrut dengan seleksi ketat dan menjalani pelatihan intensif di pesantren, mengingat tantangan di lapangan bukan hanya geografis, tetapi juga sosial dan budaya.
Mereka tinggal bersama warga, berbagi ruang, makan, dan cerita. Tidak sekadar pendakwah, mereka menjadi bagian dari komunitas: ikut bertani, mengurus warga sakit, hingga membantu urusan mendesak lainnya.
”Program ini dikelola secara swadaya dan didukung oleh para alumni pesantren, donatur individu, serta lembaga kemanusiaan. Bantuan digunakan untuk logistik, transportasi, dan sarana pendidikan bagi para relawan muda,” tuturnya.
Ustadz Garis Depan Gerakan Lintas Iman dari Pelosok Negeri
