Wartawan Nabil
Pelitasukabumi.id – Di tengah proses seleksi calon Sekretaris Daerah (Sekda) yang manarik perhatian publik, pengusaha muslim dan tokoh masyarakat Budi Lesmana yang akrab disapa Kang BG atau Budi Gondrong menyampaikan pandangannya terkait pentingnya mengedepankan nilai-nilai moral dan spiritual dalam menentukan figur pemimpin birokrasi.
Kang BG menuturkan, jabatan Sekda bukanlah sekadar posisi administratif, melainkan peran strategis yang menjadi poros utama dalam menjalankan roda pemerintahan. Ia menggambarkan bahwa Sekda laksana “mesin utama” dalam sistem birokrasi dalam tubuh pemerintahan.
“Jika mesin ini bekerja dengan baik, maka seluruh sistem akan berjalan efektif dan memberi dampak nyata terhadap kualitas pelayanan publik. Sebaliknya, jika keliru dalam memilih, dampaknya bisa meluas hingga menghambat pelayanan kepada masyarakat,” kata dia.
Dalam keterangannya yang disampaikan pada Selasa, 15 April 2025, melalui pesan WhatsApp, Kang BG menekankan bahwa seorang Sekda ideal bukan hanya harus cakap secara teknis dan manajerial, tetapi juga perlu mengemban nilai-nilai luhur yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Ia menyebut bahwa figur Sekda seharusnya mencerminkan prinsip FAST—akronim dari Fatonah, Amanah, Sidiq, dan Tabligh.
FAST, menurutnya, bukan hanya rangkaian kata, tetapi representasi dari karakter kepemimpinan yang cerdas, jujur, bisa dipercaya, dan mampu menyampaikan pesan secara baik kepada masyarakat.
Fatonah berarti kecerdasan, baik secara intelektual maupun strategis, yang memungkinkan seorang pemimpin membaca situasi dengan tajam dan mengambil keputusan yang tepat. Amanah menunjukkan pentingnya integritas dan loyalitas terhadap tanggung jawab yang diemban, tanpa mempermainkan kepercayaan publik.
Sementara itu, Sidiq melambangkan kejujuran sebagai pondasi utama kepercayaan. Dan terakhir, Tabligh menekankan kemampuan seorang pemimpin dalam menyampaikan visi, menjelaskan program kerja, serta menyerap aspirasi dari masyarakat tanpa batasan komunikasi.
Bagi Kang BG, keempat sifat tersebut bukan sekadar idealisme keagamaan, tetapi sudah terbukti mampu melahirkan kepemimpinan yang beradab dan bermartabat.
Ia kembali menegaskan bahwa saat ini, Sukabumi membutuhkan figur Sekda yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki hati, kejujuran, dan keberanian moral dalam mengambil keputusan. Pemimpin semacam inilah yang menurutnya mampu menjaga marwah birokrasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi rakyat.
Lebih jauh, Kang BG berharap agar Wali Kota yang tengah menjaring calon Sekda benar-benar mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut sebagai landasan dalam mengambil keputusan.
Ia menekankan bahwa keberhasilan atau kegagalan pemilihan Sekda akan sangat menentukan arah pemerintahan ke depan. Jika keputusan itu tepat, maka masyarakatlah yang paling merasakan manfaatnya. Namun jika keliru, maka seluruh sistem bisa terganggu.
Banyak pihak menilai bahwa pendekatan yang ditawarkan yakni mengedepankan nilai-nilai spiritual dan etis dalam memilih pemimpin daerah merupakan langkah yang tidak hanya relevan, tetapi juga sangat dibutuhkan di tengah tantangan birokrasi modern yang menuntut integritas dan akuntabilitas tinggi.