Menggapai Kemerdekaan Hakiki

Oleh: Ust Lathief Ab.Pengasuh Pondok Baitul Hamdi

Pelitasukabumi.id – Bangsa Indonesia telah meraih kemerdekaan sejak tahn 1945. Yaitu terlepas dari penjajahan secara militer dari kaum imprealis. Saat ini telah masuk ke usia 80 tahun kemerdekaan.

Sacara umum setiap manusia mesti meraih kemerdekaan hakiki. Makna kemerdekaan hakiki dapat kita pahami dari jawaban berkelas Rib’i bin Amir atas pertanyaan Raja Persia bernama Rustum yang direkam dalam kitab Ath-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, II/401.

Saat itu, Raja Rustum yang duduk di singgasana dengan segala perhiasan dari emas permata, bertanya kepada Rib’i bin Amir utus negara Islam di masa Khalifah Umar Bin Khatab. “Apa misi yang dibawa oleh agama Islam itu?” Rib’i bin Amir menjelaskan, “Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Maka Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka barangsiapa yang menerima hal tersebut, kami akan menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah”

Dari dialog diatas dapat ditarik kesimpulan hakikat manusia merdeka sebagai berikut; Pertama. Manusia merdeka adalah yang terbebas dari penyembahan kepada Tuhan selain Allah SWT. Dengan kata lain manusia merdeka adalah manusia bertauhid, hanya menyembah Allah semata. “Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56)

Ketika manusia tidak menjadikan Allah sebagai Tuhan sembahannya, maka dia akan bertuhan dan menyembah kepada sesama mahluk bahkan lebih rendah darinya. Ada yang menyebah alam; matahari, bulan, bintang. Menyembah jin, hewan bahkan pada benda-benda mati. Manusia merdeka adalah manusia yang telah mengucapkan kalimat tauhid ” La Ilaha Illallah,Tiada Tuhan yang berhak disemabh selain Allah SWT. “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah” [QS.Muhamad (38):19].

Kedua. Manusia merdeka adalah yang terbebas dari belenggu manusia lain. Diantara manusia ada yang tamak dan rakus. Untuk memenuhi hasratnya muncul penjajahan satu manusia atas manusia lainnya, satu bangsa atas bangsa lainnya. Mereka melakukan kejahatan, penindasan dan kedzaliman. Mereka membuat sistem yang melahirkan dehumanisasi. Manusia yang satu menjadi budak atas manusia yang lainya, bangsa yang satu menjadi jajahan bangsa lainnya. Dalam sejarah manusia, Idiologi Komunisme dan Kapitalisme telah melahirkan penindasan manusia atas manusia lainya. “Bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah’” (QS. Ali ‘Imraan(3): 64)

Baca Juga :  Amaliah Di 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah.

Ketiga. Manusia merdeka adalah yang menjadikan syariat sebagi pengatur hidupnya. Manusia membutuhkan nidzamul hayat, aturan hidup. Segala yang mengatur manusia disebut dengan syariat. Namun jika aturan itu datang dari manusia maka sama saja dengan manusia menghamba kepada manusia lain. Dalam hal ini Al Qur’an menegaskan, “Mereka (Bani Israil) menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah [9]: 31).

Ketika ayat ini dibacakan oleh Rasulullah SAW, Adi bin Hatim mengatakan bahwa Bani Israil (Yahudi dan Nasrani) tidak menyembah para pendeta dan para rahib mereka. Saat itulah Rasul SAW bersabda, “Akan tetapi, jika para rahib dan pendeta mereka menghalalkan sesuatu untuk mereka maka mereka pun menghalalkannya, dan jika para rahib dan pendeta mereka mengharamkan sesuatu atas mereka maka mereka pun mengharamkannya. Itulah wujud penyembahan mereka kepada para rahib dan pendeta mereka” (HR. At-Tirmidzi).

Oleh karenanya, Manusia merdeka hanya tunduk pada syari’t dari Allah SWT yang dibawa oleh RasulNya. “ Dan apa yang diberikan Rasul (Shallallahu ‘alaihi wasallam) kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah ” ( QS. Al-Hasyr: 7 )

Keempat. Manusia merdeka adalah manusia yang terbebas dari belenggu hawa nafsu. Saat manusia memenuhi segala hasrat hawa nafsunya yang tidak akan pernah puas dan tak pernah kenyang, maka saat itulah dia belum merdeka, ia dijajah dan dikendalikan oleh hawa nafsunya. “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.”(QS. Al-Furqan (25): 43).

Kelima. Manusia merdeka adalah yang terbebas dari belenggu dunia, dan menjadikan akhirat sebagi tujuan hidupnya. Manusia tinggal semetara di dunia. Selanjutnya akan beralih pada alam akhirat, alam abadi. Jika manusia lupa tujuan perjalan hidup. Dunia telah melalaikannya. Tidak menjadikan dunia sebagai sarana ibadah kepada Allah sebagai bekal menuju akhirat maka hakikatnya dia dijajah oleh dunia. “Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (QS.An Naazi’aat: 37-41).

Nabi SAW mengingatkan, “Demi Allâh! Dunia dibandingkan akhirat hanyalah seperti seseorang dari kalian yang mencelupkan salah satu jemarinya ke laut” (HR. Muslim).

Bagikan Pelitasukabumi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Punten Teu Kenging Copas nya, Mangga hubungin IT Pelitasukabumi.id 081563116193